Sabbath, ataupun Pink Floyd.
- boldituberani
- Jul 21, 2014
- 2 min read
(photo source: google)
Kedua band ini menjadi sorotan khusus, sebab mereka berani keluar jalur dari apa yang disebut dengan genre. Kita tentu mengetahui ada beberapa genre yang dijadikan patokan khusus untuk mengelompokkan sebuah band. Apakah itu phsyciadelic, rock, pop, metal, dangdut, dan yang lainnya. Namun musik yang diusung oleh mereka berbeda sama sekali. Sigmuns dengan nuansa phsyciadelicnya dan Armada Racun dengan teatrikal rocknya. Hal ini sebernarnya sudah mulai ditemukan di album Detourn milik The Sigit, yang sukses membawa para fans nya menyelami rock yang sesungguhnya, menaikkan pengertian rock universal pagi Panggung musik ini sebenarnya adalah penutup dari rangkaian yang dihelat oleh komunitas Salihara pada hari Sabtu, 22 Februari 2014. Yang menjadi perhatian, adalah penampilan dari para pengisi acaranya, Armada Racun, Sigmuns, dan Sore.
Apa yang menjadi pembeda? Jika berbicara genre, musik yang mereka mainkan bukanlah genre yang jarang dimainkan oleh band lokal Indonesia. Namun, talenta mereka memang patut diacungi jempol. Armada Racun membuka penampilan mereka dengan barisan lagu yang tidak banyak orang hfal. Namun lirik mereka bukanlah tentang dua sejoli yang putus hubungan asmaranya, bukan juga melulu tentang ketidaksetujuan terhadap sistem politik. Lagu kereta misalnya, “lagu ini mengisahkan tentang seorang anak desa yang ditinggal keluarganya ke Jakarta”. Alangkah merdekanya mereka menuangkan cerita ke dalam sebuah lagu. Mereka menggunakan musik sebagai perekam zaman, juga sebagai penyalur idealisme mereka.
Disambung berikutnya adalah penampilan dari Sigmuns, yang membawakan barisan lagu-lagu andalan mereka, seperti Land of The Living Dead, Valley of The Dream. Tidak banyak penonton yang tahu tentang keberadaan band asal Bandung ini, bangku penonton juga menjadi setengah sepi. Padahal prestasi mereka cukup menonjol, mereka pernah diundang ke Amerika untuk sebuah acara. Namun begitu mereka memainkan alat musiknya masing-masing, penonton dibuat berdecak kagum. Di tambah dengan latar belakang visual yang terkesan menghipnotis penonton, Sigmuns memang benar-benar membawa penonton ke zaman-zaman musik yang dipenuhi dengan kegelapan dan terkesan teatrikal seperti pada masa Black para fansnya.
- Oky Irawan -
Comments